PENGERTIAN CINTA KASIH
Cinta adalah rasa sangat
suka atau sayang ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya.
Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau cinta atau sangat menaruh
belas kasihan. Dengan demikian cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan
suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Terdapat perbedaan antara cinta dan kasih, cinta lebih mengandung pengertian
tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk
mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai.
Cinta
sama sekali bukan nafsu. Perbedaan antara cinta dengan nafsu adalah sebagai
berikut :
- Cinta bersifat manusiawi
- Cinta bersifat rohaniah sedangkan
nafsu bersifat jasmaniah
- Cinta menunjukkan perilaku
member, sedangkan nafsu cenderung menuntut
Cinta
juga selalu menyatakan unsur – unsur dasar tertentu, yaitu :
- Pengasuhan, contohnya cinta
seorang ibu kepada anaknya
- Tanggung jawab, adalah tindakan
yang benar – benar berdasarkan atas suka rela
- Perhatian, merupakan suatu
perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi orang lain agar mau
membuka dirinya
- Pengenalan, merupakan keinginan
untuk mengetahui rahasia manusia
Erich
Fromm dalam bukunya “Semi Mencintai” mengemukakan tentang adanya macam–macam
cinta, yaitu :
- Cinta Persaudaraan, diwujudkan
manusia dalam tingkah atau perbuatannya. Cinta Persaudaraan tidak mengenal
adanya batas – batas manusia berdasarkan SARA.
- Cinta Keibuan, kasih sayang yang
bersumber pada cinta seorang ibu terhadap anaknya
- Cinta Diri Sendiri, yaitu
bersumber dari diri sendiri. Cinta diri sendiri bernilai positif jika
mengandung makna bahwa seseorang dapat mengurus dirinya dalam kebutuhan jasmani
dan rohani.
- Cinta terhadap ALLAH
CINTA MENURUT AJARAN AGAMA
Cinta memegang peran yang penting
dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan
perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat
dimasyarakat, dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah
pengikat yang kokoh antar manusia dengan tuhannya sehingga manusia menyembah
tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintahnya, dan berpegang teguh pada
syariatnya.
- Berbagai Bentuk Cinta Menurut
Ajaran Agama
Cinta
memiliki tiga tingkatan, yaitu tinggi, menengah dan rendah.
- Cinta
tingkat tertinggi adalah cinta kepada tuhan.
- Cinta
tingkat menengah adalah cinta kepada orangtua, anak, saudara, istri atau suami
dan kerabat.
- Cinta
tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat,
harta dan tempat tinggal.
Menurut Ibnu Al-Arabi
Mari
kita simak pendapat Ibnu al-arabi (tokoh filosofo islam) mengenai rasa cinta.
Ibnu al-araby membagi cinta pada 3 tingkatan, yaitu:
- Cinta Natural. cinta ini bersifat
subjektif, kita lebih mementingkan keuntungan diri sendiri. Contohnya, kita
dapat mencintai seseorang karna dia telah menolong kita, berbuat baik pada
kita. Seperti cintanya seekor kucing pada majikannya karna telah merawatnya.
- Cinta Supranatural. Cinta ini
brsifat objektif, tanpa pamrih. dimana kita akan mencintai seseorang dengan
tulus tanpa mengharapkan timbal balik walau masih ada muatan subjektif.
Contohnya seperti cintanya seorang ibu pada anaknya, ia rela berkorban apapun
dan bgaimanapun caranya demi kebaikan anaknya walaupun tanpa ada balasan (rasa
cinta) dari anaknya tersebut. Pada tingkat inilah kita akan mulai memahami
pepatah yang menyabutkan “CINTA TAK HARUS MEMILIKI”
- Cinta Ilahi. Inilah kesempurnaan
dari rasa cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan kepentingan objek yand kita
cintai,. Lebih dari itu, ketika kita telah mencapai tingkatan ini kita tidak
akan lagi melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita miliki, penyerahan secara
penuh, sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa bahwa apapun yang kita miliki
adalah milik objek yang kita cintai.
Menurut
Kang Zain
- Cinta berbasis Shodr (lapisan
hati luar)
- Cinta berbasis Qolbu (lapisan
hati tengah)
- Cinta berbasis Fuad (lapisan hati
dalam)
Mari
kita simak,
- Cinta berbasis Shodr (lapisan
hati luar)
Ciri-cirinya
adalah perasaan mudah gelisah, kecenderungan yang ada adalah untuk memiliki
bukan untuk memberi. Sifatnya jasadi atau fisik. Dan kental sekali berbau
dunia. Ingin punya ini dan ingin punya itu … tapi sering lupa mensyukuri apa
yang sudah dimiliki.
- Cinta berbasis Qolbu (lapisan
hati tengah)
Ciri-cirinya
adalah perasaan kadang gelisah tapi kadang tenang bahagia. Kadang menikmati
tapi kadang menyesali. Kadang inget Tuhan tapi kadang inget kekasih hati
ciptaan Tuhan. Perasaannya bolak-balik seperti Qolbu. Jika ia memiliki hati
yang bersih maka walaupun ia mencintai makhluk Tuhan, ia tetap paham prosedur
syariat yang harus dilewati. Sehingga ia bisa memiliki sesuatu dengan cara yang
dirahmati Tuhan.
- Cinta berbasis Fuad (lapisan hati
dalam)
Inilah
cinta yang sejati, sangat dalam dan penuh sensasi yang melupakan (dunia). Ia
begitu dalam sehingga tidak mudah lepas, bahkan tidak bisa lepas. Hatinya
bergantung penuh kepada Tuhan. Ia nyaris lupa akan dunia. Dan itulah yang jadi
masalahnya. Ia terkadang lupa akan bajunya yang mungkin saja kurang pantas
dilihat. Ia tidak lagi memikirkan penilaian orang terhadapnya. Itu sebabnya ia
pun sering beristghfar karena khawatir tidak mampu mencintai Makhluk Tuhan,
sehingga ada yang terzalimi karena begitu kuat cintanya kepada Tuhan. Hatinya
tenang karena dekat kepada Tuhan, dan hatinya pun gelisah karena ingat
dosa-dosanya yang tak mampu dilihatnya. Mungkin saja ia sampai bingung apalagi
yang mau di-istighfari, padahal ia sangat menyukai istighfar dan taubat, tapi
ia begitu anti berbuat maksiat.
Triangular
Theory of Love
Di
dalam teori ini, cinta digambarkan memiliki tiga elemen/komponen yang berbeda,
yaitu : keintiman (intimacy), gairah/nafsu (passion), dan kesepakatan/komitmen
(commitment). Teori ini dikemukakan oleh Robert Sternberg – seorang ahli psikologi.
Berbagai gradasi maupun jenis cinta timbul karena perbedaan kombinasi di antara
ketiga elemen tersebut. Suatu hubungan interpersonal yang didasarkan hanya pada
satu elemen ternyata lebih rapuh daripada bila didasarkan pada dua atau tiga
elemen.
Berdasarkan
“Triangular Theory of Love” disebutkan beberapa bentuk-bentuk (wajah) cinta,
yaitu :
- Menyukai (liking) atau pertemanan
karib (friendship), yang cuma memiliki elemen intimacy. Dalam jenis ini,
seseorang merasakan keterikatan, kehangatan, dan kedekatan dengan orang lain
tanpa adanya perasaan gairah/nafsu yang menggebu atau komitmen jangka panjang.
- Tergila-gila (infatuation) atau
pengidolaan (limerence), hanya memiliki elemen passion. Jenis ini disebut juga
Infatuated Love, seringkali orang menggambarkannya sebagai “cinta pada
pandangan pertama”. Tanpa adanya elemen intimacy dan commitment, cinta jenis
ini mudah berlalu.
- Cinta hampa (empty love), dengan
elemen tunggal commitment di dalamnya. Seringkali cinta yang kuat bisa berubah
menjadi empty love, yang tertinggal hanyalah commitment tanpa adanya intimacy
dan passion. Cinta jenis ini banyak dijumpai pada kultur masyarakat yang
terbiasa dengan perjodohan atau pernikahan yang telah diatur (Era Siti Nurbaya
dan Datuk Maringgih?)
- Cinta romantis (romantic love).
Cinta jenis ini memiliki ikatan emosi dan fisik yang kuat (intimacy) melalui
dorongan passion.
- Cinta persahabatan sejati
(companionate love). Didapatkan pada hubungan yang telah kehilangan passion
tetapi masih memiliki perhatian dan intimacy yang dalam serta commitment.
Bentuk cinta seperti ini biasanya terjadi antar sahabat yang berlawanan jenis.
- Cinta semu (fatuous love),
bercirikan adanya masa pacaran dan pernikahan yang sangat bergelora dan
meledak-ledak (digambarkan “seperti angin puyuh”), commitment terjadi terutama
karena dilandasi oleh passion, tanpa adanya pengaruh intimacy sebagai
penyeimbang.
- Cinta sempurna (consummate love),
adalah bentuk yang paling lengkap dari cinta. Bentuk cinta ini merupakan jenis
hubungan yang paling ideal, banyak orang berjuang untuk mendapatkan, tetapi
hanya sedikit yang bisa memperolehnya. Sternberg mengingatkan bahwa memelihara
dan mempertahankan cinta jenis ini jauh lebih sulit daripada ketika meraihnya.
Sternberg menekankan pentingnya menerjemahkan elemen-elemen cinta ke dalam
tindakan (action). “Tanpa ekspresi, bahkan cinta yang paling besar pun bisa
mati” kata Sternberg.
- Non Love, adalah suatu hubungan
yang tidak terdapat satupun dari ketiga unsur tersebut. hanya ada interaksi
namun tidak ada gairah, komitmen, ataupun rasa suka.
Study
Kasus :
Pernah
tidak sih mendengar cerita dari sahabatmu atau temanmu yang bercerita tentang
pacarnya ?
Tentang
indahnya punya pacar ? tentang bahagia yang di dapatkannya dari sang kekasih
hati ? pasti sering kan ? banyak sekali cerita tentang cinta dari yang bahagia
hingga yang menyedihkan dan tragis. Tapi itu semua hanya cinta kepada sesama
umat manusia.
Pernah
tidak mendengar malihat temanmu yang bercerita sambil menangis ketika
meninggalkan ibadahnya ? pernah tidak mendengar penyesalan telah meninggalkan
kegiatan agamanya ? tentu jarang ! atau mungkin tidak sama sekali.
Inilah
bedanya, kadang manusia suka lupa bahwa ia harus lebih mencintai sang
penciptanya dari pada umat manusia yang juga di ciptakan sang pencipta.
- Ayat Al – Qur’an yang Memaknai
Tentang Cinta Kasih
Dan di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal).(2:165)
Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).(3:14)
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni
dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(3:31)
Hai orang-orang yang beriman, barang
siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.(5:54)
Katakanlah: “Jika bapak-bapak,
anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang
kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan
Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang fasik.(9:24)
Yang demikian itu disebabkan karena
sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan
bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir.(16:107)
Dan ketahuilah olehmu bahwa di
kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa
urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu
cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka
itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,(49:7)
(Juga) bagi para fakir yang
berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena)
mencari karunia dari Allah dan keridaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.
Dan orang-orang yang telah menempati
Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin),
mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung.
Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami
dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan
janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang”.(59:8-10)
- Macam-macam Cinta Kasih Orang Tua
beserta contohnya
TANPA pamrih. Tanpa beban. Tanpa lelah. Semua diberikan
dengan tulus dan ikhlas. Sepanjang waktu. Sepanjang masa. Tidak akan pernah
hilang bahkan ditelan kematian. Selalu ada.
Seorang ibu
membacakan tulisan yang dikirimkan oleh anak gadis tertuanya yang sedang
sekolah di luar negeri di hadapan sekitar 30 orang ibu-ibu lainnya yang
kebanyakan akan mengirimkan anak-anak mereka sekolah ke luar negeri pula. Saya
pun hadir di sana sebagai seorang guru menulis yang akan mengajarkan anak-anak
mereka untuk menulis dengan baik dan benar. Tulisan yang dibacakannya itu
sangat indah namun sangat menyayat hati. Menyentuh sukma setiap orang yang
hadir di sana dan membuat kami semua pun tidak kuasa untuk tidak membendung air
mata. Kami semua menangis.
Di dalam tulisan
itu diceritakan bagaimana dan apa yang sedang terjadi dan sedang dirasakan oleh
seorang perempuan muda berusia 21 tahun, yang tinggal sendirian di luar negeri.
Segala kepahitan, kegetiran, penderitaan, serta penyakitnya dicurahkan dalam
tulisan itu. Sebagai anak tertua yang selalu merasa harus memberikan yang
terbaik bagi orang tua dan adik-adiknya, merasa telah gagal. Menderita depresi
akut sehingga kemudian menderita anoreksia yang sangat parah. Berat badannya
pun terus menyusut hingga tinggal 36 kilogram saja. Ginjalnya pun kemudian
harus dioperasi karena kemudian ditemukan batu ginjal di dalamnya. Sangat
berat!!!
Perempuan muda ini
sebetulnya sangat “spesial” di mata saya. Cantik dan sangat pintar. Semua
nilainya di atas rata-rata. Sejak kecil, lho!!! Tulisan serta lukisannya pun
sangat indah. Kepribadiannya juga sangat luar biasa. Mudah bergaul dan sangat
ramah. Penuh dengan cinta yang siap diberikan kepada siapapun yang datang
mendekat kepadanya. Bila kita melihat perempuan ini, kita akan merasa seperti
melihat seorang malaikat. Sangat indah dan luar biasa. Namun ternyata, di balik
semua itu, dia ternyata adalah seorang perempuan muda yang sangat rapuh.
Seorang perempuan yang sedang kebingungan mencari identitas serta jati dirinya sendiri.
Keinginannya untuk “menemukan” siapa diri dia yang sebenarnya, membuatnya
hancur lebur. Memang perlu kejujuran dan proses yang tidak mudah untuk bisa
menemukannya. Tetapi, saya yakin sekali, dia pasti bisa. Bisa!!!
Sebetulnya yang
ingin saya ceritakan di sini justru bukan soal perempuan muda itu, tetapi
justru soal cinta kasih dan sayang sang ibu. Seorang ibu yang berani
berterus-terang mengungkapkan apa yang telah terjadi kepada anaknya dan
membaginya dengan yang lain agar tidak dialami oleh ibu-ibu yang lain. Butuh
nyali untuk bisa menceritakan apa yang seringkali dianggap orang sebagai sebuah
“keburukan” dan “kegagalan” seorang ibu. Butuh juga jiwa yang besar untuk mau
mengakui kesalahan dan menerima semuanya ini dengan hati yang terbuka dan lapang
dada. Sementara di luar sana, berapa banyak orang tua yang malu, menolak, atau
menutupi kesalahan atau perbuatan buruk yang dilakukan oleh anaknya sehingga
masalahnya tidak pernah selesai dan justru akan terus berlarut-larut?!
Kejujuran memang sangat mahal harganya, ya! Pembenaran dan alasan selalu ada.
Banyak sekali kasus terjadi di mana seorang anak kemudian menjadi di luar kendali ataupun di
luar harapan orang tua. Mereka menjadi orang yang “berbeda” dan seringkali
membuat pusing orang tua. Tak jarang orang tua kemudian berkata, “Saya sudah
memberikan semuanya untuk kalian, tetapi apa yang telah kalian berikan sebagai
balas budi?”. Apa ini akan menyelesaikan masalah? Mungkin bisa untuk waktu yang
sesaat tetapi pernahkah terpikir apa yang akan terjadi bila kemudian kita
sebagai orang tua telah meninggalkan dunia? Akankah mereka bisa tetap menerima
semua ini?
Secara tidak sadar
sebetulnya justru orang tualah yang menjadi penyebab terjadinya “bencana”.
Niatnya, sih, baik, tetapi seringkali justru berakhir berantakan. Contohnya
saja dengan memberikan anak les ini, les itu. Les piano, les menggambar, les
berenang, dan masih banyak lagi. Tetapi, apakah sebetulnya itu yang anak kita
inginkan? Belum tentu, kan? Apalagi kalau kemudian tempat lesnya, biarpun mahal,
bisa saya bilang, asal mengajar saja. Saya sering menemukan sekolah menggambar
dan melukis yang menuntut muridnya untuk menggambar persis seperti yang
diajarkan oleh gurunya. Gunung itu harus begini, pohon itu harus hijau, awan
itu harus putih, sementara imajinasi anak sendiri dimatikan. Otak kirinya yang
terus dipaksakan untuk bekerja, dan fungsi otak kanannya justru malah
dimatikan. Apa yang terjadi? Stress!!! Stress ini kemudian menumpuk karena anak
kecil sulit untuk mengekspresikannya, terutama bila orang tua tidak mau
berusaha untuk mengoreknya lebih dalam lagi. Saat mereka menginjak remaja dan
dewasa, terjadilah penumpukan yang sangat luar biasa dan pada akhirnya meledak
tidak karuan. Lantas kemudian, kalau sudah terjadi kekacauan, anak lagi yang disalahkan.
Lalu, kapan anak ini akan sembuh dan terbebas dari segala penderitaannya?
Perilaku seksual
adalah bukti yang paling nyata dari efek psikologis yang ditimbulkan setelah
apa yang terjadi dan dengan penumpukan stress seperti itu. Banyak sekali orang yang
berperilaku seksual menyimpang diakibatkan oleh faktor psikologis. Lingkungan
juga menjadi faktor pendukung utamanya. Tidak harus yang menyimpanglah, ya,
yang secara medis sajalah. Impotensi!!! Frigid!!! Apa penyebab yang paling
utamanya?! Stress!!! Psikologis!!! Biarpun banyak juga yang karena faktor
kesehatan, tetapi jauh lebih besar penderita impotensi adalah akibat stress dan
masalah kejiwaan. Apa kita rela anak kita menderita seperti itu?
Tidak salah bila
sebagai orang tua kita memiliki banyak sekali harapan dan cita-cita, tetapi
janganlah kita memaksakan anak-anak kita itu untuk menjadi “kita”. Biarkanlah
mereka menjadi diri mereka sendiri. Mereka bukan milik kita. Mereka hanyalah
titipan dari Sang Ilahi. Adalah kewajiban kita untuk memberi tetapi bukanlah
hak kita untuk menuntut. Anak adalah anak. Kita adalah kita. Menurut saya,
hanya dengan menemukan siapa diri mereka yang sebenarnyalah mereka bisa menjadi
bisa lebih kenal dan lebih dekat dengan Sang Pencipta. Bukan oleh kita, tetapi
oleh diri mereka sendiri.
Cinta kasih orang
tua adalah sepanjang masa. Sudah sepatutnya juga dikenang sepanjang masa.
Memberikan kebahagiaan tersendiri bagi seorang anak dan generasi berikutnya.
Adalah warisan yang jauh lebih besar nilainya dibandingkan dengan harta yang
berlimpah, tumpukan berlian, tanah dan rumah yang tersebar di mana-mana.
Ketulusan dan keikhlasan hati dan rasa terhadap cinta yang sesunguhnya tidak
pernah bisa ditukar dan dinilai dengan apapun juga. Jadilah orang tua yang
penuh dengan cinta dan kasih sayang, ya!
KEMESRAAN
Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau
karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat
atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi
nyata. Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang
dilandasi rasa cinta dan kasih. Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan
umur, yaitu :
- Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam
masa puber. Pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin
yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat.
- Kemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara
pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun awal
perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah agak lama biasanya
semakin berkurang.
- Kemesraan Manusia Usia Lanjut
PEMUJAAN
Pemujaan
adalah dimana kita memuja atau mengagungkan sesuatu yang kita senangi.Pemujaan
dapat dilakukan dalam berbagai aspek seperti memuja pada leluhur,memuja pada
agama tertentu dan kepercayan yang ada.seperti Pemujaan pada
leluhuradalah suatu kepercayaa bahwa para leluhur yang telah meninggal masih
memiliki kemampuan untuk ikut mempengaruhi keberuntungan orang yang masih
hidup. Dalam beberapa budaya Timur, dan tradisi penduduk asli Amerika, tujuan
pemujaan leluhur adalah untuk menjamin kebaikan leluhur dan sifat baik pada
orang hidup, dan kadang-kadang untuk meminta suatu tuntunan atau bantuan dari
leluhur. Fungsi sosial dari pemujaan leluhur adalah untuk meningkatkan
nilai-nilai kekeluargaan, seperti bakti pada orang tua, kesetiaan keluarga,
serta keberlangsungan garis keturunan keluarga.
BELAS KASIH
Belas kasih (composian)adalah kebajikan
-satu di mana kapasitas emosional empati dan simpati untuk penderitaan orang
lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri, dan landasan keterkaitan
sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar ke tertinggi prinsi-prinsip dalam
filsafat, masyarakat, dan kepribadian .
Ada aspek belas kasih yang menganggap
dimensi kuantitatif, seperti individu belas kasih yang sering diberi milik kedalaman,kekuatan atau gairah . Lebih kuat dari empati , merasakan
umumnya menimbulkan aktif keinginan untuk meringankan penderitaan orang lain.. Hal ini sering, meskipun tidak pasti,
komponen kunci dalam apa yang memanifestasikan dalam konteks sosial .Dalam
etika istilah, berbagai ungkapan bawah usia yang disebut Golden Rule mewujudkan
oleh implikasi prinsip kasih sayang: untuk orang
lain apa yang Anda ingin mereka lakukan untuk Anda.
- Cara Menumpahkan Belas Kasih
Dalam
kehidupan banyak sekali yang harus kita kasihi dan banyak cara kita menumpahkan
rasa belas kasihan. Yang perlu kita kasihi antara lain : yatim-piatu,
orang-orang jompo yang tidak mempunyai ahli waris, pengemis yang benar-benar
tidak mampu bekerja, orang sakit di rumah sakit, orang cacat, masyarakat kita
yang hidup menderita dan sebagainya. Orang-orang itu umumnya menderita lahir
batin dan umumnya kurang tangan yang menjulur memberikan belas kasihan.
Berbagai
macam cara orang memberikan belas kasihan bergantung kepada situasi dan
kondisi. Ada yang memberikan uang, ada yang memberikan barang, ada yang
memberikan pakaian, makanan dan sebagainya.
Belas kasih terhadap sesama pada hakikatnya adalah cinta kasih
terhadap sesama, yang berarti melaksanakan ajaran agama. Bahwa kita wajib
mencintai sesama berarti orang itu berbudi. Berbudi perbuatan yang dipuji oleh
Allah SWT. (surat Al-Qalam : 4).
Cara
orang menumpahkan rasa belas kasihan bermacam-macam sesuai dengan siapa yang
dibelaskasihani dan bergantung kepada situasi dan kondisi.
CINTA KASIH EROTIS
Cinta
kasih kesaudaraan merupakan cinta kasih antara orang-orang yang sama-sama
sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta kasih terhadap orang-orang
yang lemah tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar antara kedua jenis
tersebut, Kedua-duanya mempunyai kesamaan bahwa pada hakekatnya cinta kasih
tidak terbatas kepada seseorang saja. Berlawan dengan kedua jenis cinta kasih
tersebut ialah cinta kasih erotis, yaitu kehausan akan penyatuan akan penyatuan
yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang. Pada hakekatnya cinta kasih
tersebut bersifat bersifat
ekslusif, bukan universal, dan juga barangkali
merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat dipercaya.
Pertama-tama cinta kasih erotis kerap kali
dicampur baurkan dengan pengalaman yang eksplosif berupa jatuh cinta, tetapi
seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu , pengalaman intimitas, kemesraan
yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanyalah sementara saja.Bilamana orang asing
tadi telah menjadi seseorang yang diketahui secara intim, tak ada lagi
rintangan yang harus diatasi , tidak lagi kemesraan tiba-tiba yang harus
diperjuangkan pribadi yang dicintai telah dipahami orang seperti dirinya
sendiri.
Disamping itu terdapat pula faktor-faktor lain ,
banyak orang mempunyai arti sebagai cara-cara mengatasi keterpisahan, seperti
bercakap-cakap tentang kehidupan diri pribadi, tentang pengharapan-pengharapan
dan kecemasan-kecemasannya, menampakan diri dengan segi-segi keanehannya, mengadakan
hubungan dan minat yang sama terhadap dunia sekitar, semuanya itu dilaksanakan
untuk mengatasi keterpisahan. Bahkan dengan memperlihatkan kemarahanya,
kebencianya, dan memperlihatkan kekuranganya menahan diri, semuanya dianggap
telah dicapai intimitas. Hal ini dapat menerangkan adanya daya tarik perversi
(buruk). Cinta kasih dapat merangsang keinginan untuk bersatu secara seksual,
dalam hal itu hubungan fisis tadi tidak memperlihatkan sifat-sifat yang rakus
atau serakah dalam keinginan untuk menaklukkan atau untuk ditaklukkan, tetapi
akan tercampur dengan kehalusan bertindak serta kemesraan.Apabila keinginan
untuk penyatuan tidak dirangsang oleh cinta kasih, apabila cinta cinta kasih
erotis tidak juga merupakan cinta kesaudaraan, ia hanya akan membawa kita
kepada penyatuan yang bersifat orgiatis (pesta pora) dan sementara saja. Daya
tarik seksual untuk semaentara waktu menimbulkan khayalan penyatuan, namun
tanpa cinta kasih sebenarnya penyatuan ini membiarkan dua orang asing tetap
berjauhan yang satu dengan yang lain seperti sebelumnya, Kadang-kadang hal itu
menimbulkan rasa malu diantara mereka, bahkan menimbulkan rasa benci yang satu
terhadap yang lain.
Dalam cinta kasih erotis terdapat ekslusifitas
yang tidak terdapat dalam cinta kasih persaudaraan dan cinta kasih keibuan.
Ciri-ciri eksklusif dalam cinta kasih erotis ini perlu dibicarakan lebih lanjut.
Kerap kali eksklusivitas dalam cinta kasih erotis disalah tafsirkan dan
diartikan sebagai suatu ikatan hak milik.Cinta kasih erotis eksklusif hanyalah
dalam arti bahwa seseorang dapat menyatukan dirinya secara lengakap dan
intensif hanya dengan satu orang saja. Cinta kasih erotis mengeksklusifkan
cinta kasih terhadap orang lain hanyalah dalam segi-segi fusi erotis dan keikut
sertaan selengkapnya dengan semua aspek kehidupan orang-orang lain, tetapi
bukan dalam arti cinta kasih kesaudaraan yang mendalam terhadap orang lain.
Dengan demikian maka, baik pandangan bahea cinta
kasih erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta
kasih erotis itu tidak lain dari pada perbuatan , kemauan kedua-duanya, atau
lebih tepat jika dikatakan bahwa tidak terdapat pada yang lain satu, juga tidak
pada yang lain. Oleh karena itu, gagasan bahwa hubungan pernikahan mudah saja
diputuskan apabila orang tidak sukses didalamnya, merupakan gagasan yang sama
sekali keliru dengan gagasan bahwa hubungan semacam itu, didalam keadaan
bagaimanapun , tidak boleh diputuskan.
sumber :